(Tugas)
Konsep Sehat
Apa sih Pengertian sehat ?
Harta yang paling berharga adalah kesehatan kita. Maka kali ini saya akan membahas apa pengertian dari sehat itu sendiri.
Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat kita rasakan dan diamati keadaannya. Misalnya, orang tidak memiliki keluhankeluahan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa orang yang “gemuk” adalah orang yang sehat, dan sebagainya. Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat.
Sebagai satu acuan untuk memahami konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurnan baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.
“keadaan yang sempurnan baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial. Berikut adalah 4 kriteria bahwa seseorang tersebut termasuk dalam keadaan sehat :
a.Agama/spiritual, yang merupakan fitrah manusia. Ini merupakan fitrah manusia yang menjadi kebutuhan dasar manusia (basic spiritual needs), mengandung nilai-nilai moral, etika dan hukum. Atau dengan kata lain seseorang yang taat pada hukum, berarti ia bermoral dan beretika, seseorang yang bermoral dan beretika berarti ia beragama (no religion without moral, no moral without law).
b.Organo-biologik, mengandung arti fisik (tubuh/jasmani) termasuk susunan syaraf pusat (otak), yang perkembangannya memerlukan makanan yang bergizi, bebas dari penyakit, yang kejadiannya sejak dari pembuahan, bayi dalam kandungan, kemudian lahir sebagai bayi, dan setrusnya melalui tahapan anak (balita), remaja, dewasa dan usia lanjut .
c.Psiko-edukatif, adalah pendidikan yang diberikan oleh orang tua (ayah dan ibu) termasuk pendidikan agama. Orang tua merupakan tokoh imitasi dan identifikasi anak terhadap orang tuanya. Perkembangan kepribadian anak melalui dimensi psiko-edukatif ini berhenti hingga usia 18 tahun.
d.Sosial-budaya, selain dimensi psiko-edukatif di atas kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh kultur budaya dari lingkungan sosial yang bersangkutan dibesarkan.
Konsep sehat Menurut beberapa Ahli
Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya.
Menurut White (1977)
Sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
Menurut Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar.
jadi, kesimpulannya: Konsep sehat sangat diperlukan untuk diri kita, kita harus menanamkan konsep sehat sejak dari kecil atau awal. Karena lama kelamaan akan terbiasa. Belajar hidup sehat, mulai dari cara hidup dan gaya hidup..
bagaimana menjaga kesehatan mental
bagi sebagian orang mungkin bertanya-tanya, bagaimana membangun dan menjaga kesehatan mental.berikut pembahasannya.
Ciri-ciri sehat mental adalah menyadari sepenuhnya akan kemampuan diri sendiri, mampu menghadapi stress kehidupan yang wajar, mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidupnya, menerima baik serta dengan apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama dengan orang lain, dapat menerima perbedaan.
Jika sudah menderita gangguan kejiwaan, dan tidak mampu menyembuhkan sendiri, maka kita perlu datang kepsikiater untuk mencari pertolongan. Dan perlu diingat bahwa orangg yang datang kepsikiater untuk berobat bukan orang yang sakit jiwa berat yang sering disebut awam sebagai ‘gila’. Secara keseluruhan ada lebih dari 100 kategori gangguan jiwa, dari yang ringan hingga berat.
Jika ditelaah dari jenis penyakit mental yang berkembang akhir-akhir ini, DR. Dan Hidayat, SpKJ menjabarkan lima di antaranya, yaitu Skizofrenia (jiwa yang ‘terpecah’), gangguan depresi berat, gangguan bipolar (memiliki dua sisi emosi yang ekstrim yang bergelombang, satu saat depresi, satu saat lain mania, gembira sekali, aktif sekali, dan bicara banyak), gangguan anxietas (cemas berlebihan), dan gangguan obsessive-compulsive (adanya pikiran dan perilaku yang menetap dan berulang-ulang). Lingkungan serta faktor keturunan (keluarga) mengambil peranan yang besar pada munculnya gangguan mental tersebut. Karena itu lingkungan dan keluarga, memiliki peranan penting juga dalam membantu kesembuhan penderita penyakit mental.
Sebelum terkena penyakit mental, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari penyakit kejiwaan, yaitu rasa senang dengan diri sendiri, nyaman dengan orang lain, dan bisa memenuhi tuntutan hidup, disertai dengan berpikir positif, meningkatkan daya tahan fisik, keimanan, mental dan sosial. Orang yang dapat menjalani kehidupan dengan seimbang, dalam artian tidak memiliki tuntutan kehidupan yang berlebihan, dapat menerima kekurangan dan kelebihan dirinya dengan baik, tidak memaksakan kemauannya, dan dapat memenuhi tuntuan kehidupan yang biasa saja, bisa dipastikan akan terjauhkan dari penyakit kejiwaan yang dipengaruhi oleh lingkungan.
Jika kita merasa ‘ada yang tidak beres’ dengan kejiwaan kita, mungkin karrena terlalu banyak berpikir negatif, ataupun menghadapi masalah yang begitu banyak dan berat, dan tidak mampu mengatasinya sendiri, jangan ragu-ragu untuk minta pertolongan kepada profesional kejiwaan. Karena, dengan jiwa yang sehat maka aktifitas kita juga berjalan dengan baik.
Selamat menjaga kesehatan mental Anda!
Candra, Budiman. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Majalah GO! Edisi ke-27, oktober 2011.
Sejarah Perkembangan kesehatan mental
Secara etimologis, kata “mental” berasal dari kata latin, yaitu “mens” atau “mentis” artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani, kesehatan terkandung dalam kata hygiene, yang berarti ilmu kesehatan. Maka kesehatan mental merupakan bagian dari hygiene mental.
Yang tercatat dalam sejarah ilmu, khususnya di bidang kesehatan mental, kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban. Untuk lebih lanjutnya, berikut dikemukakan secara singkat tentang sejarah perkembangan kesehatan mental.
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa. Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.
sumber terkait :
Moeljono Notosoedirdjo, Kesehatan Mental; Konsep dan Penerapan, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002, hal. 14.
Dr. Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, Bandung: CV. Mandar Maju, 1989
Tidak ada komentar:
Posting Komentar