Minggu, 28 November 2010

Manusia dan tanggung jawab

Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang di bebankan terhadap seseorang. Kewajiban merupakan tandingan terhadap hak, dan dapat
Juga tidak mengacu kepada hak, maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajiban.

Pembagian kewajiban bermacam-macam dan berbeda-beda. Setiap keadaan hidup menentukan kewajiban yang tertentu. Status dan peranan menentukan kewajiban seseorang. Kewajiban di bagi atas 2 bagian:

  1. kewajiban terbatas
kewajiban ini tanggung jawabnya diberlakukan kepada setiap orang, sama, tidak di beda-bedakan.

Contoh :
Undang-undang larangan membunuh, mencuri, yang disampingnya dapat diadakan hukuman-hukuman.
  
           2.  kewajiban tidak terbatas  
                 kewajiban yang diberlakukan kepada semua orang. Tanggung jawab terhadap kewajiban nilainya                  lebih tinggi, sebab dijalankan oleh suara hati, seperti keadilan dan kwajiban.

Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan, sebab ia dapat menunaikan kewajibannya. Kebahagiaan tersebut dapat dirasakan oleh dirinya atau oleh orang lain. Sebaliknya, orang yang tidak bertanggung jawab akan menghadapi kesulitan, sebab ia tidak mengikuti aturan, norma, atau nilai-nilai yang berlaku.

Problema utama yang dirasakan pada zaman sekarang, sehubungan dengan masalah tanggung jawab, adalah berkaratnya atau rusaknya perasaan moral dan rasa hormat diri terhadap pertanggungjawaban.

Orang yang bertanggung jawab itu adil atau mencoba untuk berbuat adil. Tetapi, adakalanya orang yang bertanggung jawab tidak di anggap adil karena runtuhnya nilai-nilai yang dipegangnya. Orang yang demikian tentu akan mempertanggungjawabkan segala sesuatu kepada Tuhan. Dia tidak nampak, tetapi menggerakkan dunia dan mengaturnya. Jadi, orang semacam ini akan bertanggung jawab kepada Tuhannya.

Sumber terkait : Soelaeman, M Munaindar. 2000. Ilmu Budaya Dasar. Bandung:Refika

Manusia dan pandangan hidup

Pandangan hidup merupakan bagian dari kehidupan manusia. Dimana bisa dikatakan bahwa pandangan hidup adalah tujuan hidup, cita-cita, arah hidup si manusia itu sendiri. Tidak ad seorang pun yang hidup tanpa pandangan hidup meski pun tingkatannya berbeda-beda.

Pandangan hidup akan memberikan citra terhadap seseorang, menggambarkan pola pikir seseorang tersebut. Sifat pandangan hidup elastis, bergantung pada ”sikon” atau situasi dan kondisi, tidak selamanya bersifat prinsifil atau hakiki.

Macam-macam pandangan hidup berdasarkan sumbernya:

  1. pandangan hidup yang bersumber dari agama, ini bersifat mutlak.Contoh saja pandangan hidup orang muslim, yang bersumber dari Alquran dan sunnah (sikap, perkataan,dan perbuatan Nabi Muhammad SAW). Bisa dikatakan pandangan hidup orang muslim adalah setia.
  1. pandangan hidup yang bersumber dari ideologi, merupakan abstraksi dari nilai-nilai budaya suatu Negara.
  2. pandangan  hidup yang bersumber dari hasil perenungan seseorang sehingga dapat merupakan ajaran atau etika untuk hidup, misal saja aliran-aliran kepercayaan.

Pandangan hidup juga bisa muncul berasal dari pengalaman-pengalaman hidup seseorang. Yang membuat seseorang terinspiratif terhadap suatu hal dan menjadikannya sebuah obsesi yang dapat membangun semangatnya dalam menjalani hidup dan mewujudkan cita-citanya.

Manusia dan keadilan

Keadilan pada dasarnya merupakan sebuah kebutuhan mutlak bagi setiap manusia dibumi ini dan tidak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan. Menurut Aristoteles, keadilan akan dapat terwujud jika hal – hal yang sama diperlakukan secara sama dan sebaliknya, hal – hal yang tidak semestinya diperlakukan tidak semestinya pula. Dimana keadilan memiliki ciri antara lain ; tidak memihak, seimbang dan melihat segalanya sesuai dengan proporsinya baik secara hak dan kewajiban dan sebanding dengan moralitas. Arti moralitas disini adalah sama antara perbuatan yang dilakukan dan ganjaran yang diterimanya. Dengan kata lain keadilan itu sendiri dapat bersifat hokum.

Keadilan itu sendiri memiliki sifat yang bersebrangan dengan dusta atau kecurangan. Dimana kecurangan sangat identik dengan perbuatan yang tidak baik dan tidak jujur. Atau dengan kata lain apa yang dikatakan tidak sama dengan apa yang dilakukan.

Kecurangan pada dasarnya merupakan penyakit hati yang dapat menjadikan orang tersebut menjadi serakah, tamak, rakus, iri hati, matrealistis serta sulit untuk membedakan antara hitam dan putih lagi dan mengkesampingkan nurani dan sisi moralitas.

Ada pun yang lebih umum menyatakan bahwa keadilan adalah sebuah pengakuan Dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban.

Keadilan menurut jenisnya terbagi atas :

  1. keadilan legal atau keadilan moral yang tercipta bila anggota masyarakatnya dapat memenuhi fungsinya dengan baik dan benar.
  1. keadilan distributif, keadilan yang dilakukan perlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama. Intinya merata.

Dalam konteksnya keadilan terjadi karena keseimbangan yang tercipta dalam kehidupan kebersamaan. Tetapi, dalam implementasinya dalam kehidupan Sangay erat hubungannya Dengan hak dan kewajiban yang tidak seimbang sehingga muncul “ketidakadilan” dalam Kebersamaan.

Sebagai contoh: seorang yang tanah pekarangannya tergusur pelebaran jalan berhak menerima ganti rugi yang layak. Jira ia tidak diberi ganti rugi yang layak terjadilah pengingkaran hal dan itu berarti terjadi ketidakadilan.

Contoh di atas masih banyak kita temukan di dalam kehidupan bermasyarakat. Terutama di negara kita yang menganut asas demokrasi Pancasila, Perbedaan-perbedaan yang membuat timbulnya kesalahpahaman yang berujung ketidakadilan Oleh karena itu, apa yang adil dan yang tidak adil dalam kehidupan selalu di kaitkan dengan nilai-nilai yang ada di balik gagasan negara demokrasi itu sendiri.

Manusia dan penderitaan

Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namur, peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Statu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, Belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain.dapat pula suatu  penderitaan merupakan untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah
Awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.

            Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar Dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam hidup seseorang. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang denga orang lain, apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.

Mengenai penderitaa yang dapat membawa hikmah bisa di ambil contoh yang terjadi oleh pemimpin besar Amat Islam yaitu Nabi Muhammad SAW. Ayahnya wafat Sejas ia dua bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian pada usianya yang ke-enam tahun, ibunya menyusul pergi atau wafat.

Dari peristiwa ini dapat dibayangkan. Penderitaan yang menimpa Muhammad sekaligus
Menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang berhasil untuk memimpin umatnya.

Tekanan-tekanan yang dihadapiNya dapat membangun jiwa dan pendiriannya akan kesabarannya. Dia dapat melewati segala tantangan dalam hidupnya.
           

Manusia dan keindahan

Keindahan atau estetika berasal dari kata yunani yang berarti merasakan. Penagalaman Keindahan termasuk ke dalam tingkat persepsi dalam pengalaman manusia, biasanya bersifat visual (terlihat)atau terdengar (audiotory) walaupun tidak terbatas pada dua bidang tersebut.

Konsep keindahan adalah abstrak dan tidak dapat berkomunikasi sebelum diberi bentuk. Oleh karena itu, banyak pemikir yang tidak puas terhadap pendapat yang menyatakan bahwa keindahan itu hasil meniru dari alam. Dan meniru dari alam belum tentu menciptakan keindahan. Melalui proses mencari dan pemberian bentuk imajinasinya, seseorang akan mencapai keindahan. Keingintahuan dan dambaan akan keindahan akan membantu keindahan.

Keindahan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah, sedangkan yang tidak ada keindahannya tidak mengandung kebenaran. Konsep keindahan dapat berkomunikasi
Dengan penciptanya sendiri setelah ada bentuk yang diberikan oleh imajinasi.
Sesuatu yang indah adalah abadi, sebab yang indah memberikan suka cita yang mendalam dan daya tarik selalu bertambah. Sifat yang indah adalah universal, tidak terikat oleh selera perseorangan,waktu, dan tempat. Hal itu terjadi sebab pada hakikatnya
Setiap orang, dimana pun dan kapan pun, mempunyai sikap yang sama dlam mengahadapi sesuatu yang indah, yaitu sikap simpati dan sikap empati.

manusia memiliki lima komponen yang secara otomatis dimiliki ketika manusia tesebut dilahirkan. Ke-lima komponen tersebut adalah nafsu, akal, hati, ruh, dan sirri (rahasia ilahi). Dengan modal yang telah diberikan kepada manusia itulah (nafsu, akal dan hati) akhirnya manusia tidak dapat dipisahkan dengan sesuatu yang disebut dengan keindahan. Dengan akal, manusia memiliki keinginan-keinginan yang menyenangkan (walaupun hanya untuk dirinya sendiri) dalam ruang renungnya, dengn akal pikiran manusia melakukan kontemplasi komprehensif guna mencari niolai-nilai, makna, manfaat, dan tujuan dari suatu penciptaan yang endingnya pada kepuasan, dimana kepuasan ini juga merupakan salah satu indikator dari keindahan.

Akal dan budi merupakan kekayaan manusia tidak dirniliki oleh makhluk lain. Oleh akal dan budi manusia memiliki kehendak atau keinginan pada manusia ini tentu saja berbeda dengan “kehendak atau keinginan” pada hewan karena keduanya timbul dari sumber yang berbeda. Kehendak atau keinginan pada manusia bersumber dari akal dan budi, sedangkan kehendak atau keinginan pada hewan bersumber dari naluri.
Sesuai dengan sifat kehidupan yang menjasmani dan merohani, maka kehendak atau keinginan manusia itu pun bersifat demikian. Jumlahnya tak terbatas. Tetapi jika dilihat dari tujuannya, satu hal sudah pasti yakni untukmenciptakan kehidupan yang menyenangkan, yang memuaskan hatinya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa “yang mampu menyenangkan atau memuaskan hati setiap manusia itu tidak lain hanyalah sesuatu yang “baik”, yang “indah”. Maka “keindahan pada hakikatnya merupakan dambaan setiap manusia; karena dengan keindahan tu itu manusia merasa nyaman hidupnya. Melalui suasana . keindahan itu perasaan “(ke) manusia (annya)” tidak terganggu.

Dengan adanya keinginan-keinginan tersebut, manusia menggunakan nafsunya untuk mendorong hasrat atau keinginan yang dipikirkan atau direnungkan oleh sang akal tadi agar bisa terrealisasikan. Ditambah lagi dengan anugrah yang diberikan-Nya kepada kita (manusia) yakni berupa hati, dimana dengan hati ini manusia dapat merasakan adanya keindahan, oleh karena itu manusia memiliki sensibilitas esthetis.

Selain itu manusia memang secara hakikat membutuhkan keindahan guna kesempurnaan pribadinya. Tanpa estetika manusia tidak akan sempurna, Karena salah satu unsur dari kehidupan adalah estetika. Sedang manusia adalah mahluk hidup, jadi dia sangat memerlukan estetika ini.


Sumber terkait : Soelaeman, M Munaindar. 2000. Ilmu Budaya Dasar. Bandung:Refika.